Ahlan wa Sahlan

Selamat datang di Blog KMMF UGM, sebuah media dakwah kampus Farmasi UGM.
Sekretariat:
Masjid Fakultas Farmasi UGM
Jl. Medika Sekip Utara, Yogyakarta 55281
e-mail: kmmfugm@ymail.com


Suara Rakyat, Suara Tuhan?



Kata-kata tersebut cukup membuat aku bertanya-tanya dan geli sendiri. Kata yang sering dilontarkan untuk mendukung sistem demokrasi. Sistem yang membenarkan pemilihan pemimpin berdasarkan suara terbanyak hasil pilihan voting dari masyarakat yang akan dipimpin. Pemimpin terpilih dipercaya akan mampu mewakili aspirasi rakyat. Entah itu Presiden, anggota DPR, MPR, atau DPD. Pilihan mayoritas masyarakat dipercaya merupakan pilihan terbaik, bahkan disamakan dengan pilihan oleh Tuhan sendiri. Sungguh suatu sistem yang sangat materialis kalau tidak mau dikatakan cukup atheis untuk berani-beraninya menghina Tuhan.
Memang benar, Tuhan memilih pemimpin yang paling banyak mengumbar janji? Memang pantas, Tuhan memilih calon pemimpin yang paling ramai menyelenggarakan konser dangdut yang ricuh? Memang Tuhan begitu miskin, hingga memilih tukang kampanye yang banyak memberikan amplop, sembako, atau kebutuhan manusia dasar lainnya? Memangnya Tuhan hanya tahu bahwa manusia-manusia terbaik di suatu negeri hanya terdiri dari tiga sampai lima pasangan saja? Memangnya Tuhan begitu mudah percaya akan kata-kata yang terpampang disamping foto-foto calon anggota dewan yang tersebar hingga seluruh pelosok kota? Memangnya Tuhan mau, mempercayakan suara-Nya pada masyarakat yang mayoritas rusak, ingkar, dan melupakan-Nya?
Saya cenderung percaya pada kenyataan bahwa, Allah SWT menakdirkan seorang pemimpin yang pantas bagi suatu masyarakat. Seorang pemimpin yang sesuai dengat tabiat rakyat yang akan diwakili dan dilayaninya. Bila masyarakat yang ada materialistis, maka Allah SWT menakdirkan pemimpin-pemimpin yang korup. Bila masyrakat yang ada begitu mudah menghalalkan segala cara demi kebahagiaan sesaat mereka, maka pemimpin yang ada adalah pemimpin yang hanya gila kekuasaan. Bila masyrakat yang ada memiliki budaya dan kepribadian yang buruk, maka mereka akan dipimpin oleh pemimnpin yang tidak jujur. Jika masyarakat kebanyakan individualistis, maka mereka hanya akan dipimpin oleh anggota dewan yang mementingkan urusan perut mereka sendiri. Bila masyarakat yang ada melupakan diri mereka sebagai hamba Allah SWT yang harus taat pada semua perintah dan menjauhi segala larangan-Nya, maka bagi mereka hanyalah pemimpin yang meneruskan sistem kepemimpinan sekuler yang menafikan aturan yang telah sempurna diperuntukan Allah SWT bagi manusia dan malah mebuat aturan-aturan sendiri. Masyarakat Indonesia belum sama sekali taat, baik, dan pantas untuk dipimpin oleh seorang pemimpin yang baik yang membawa seluruh bangsa ini menjadi lebih baik, diridhoi, serta menerima rahmat dari Allah SWT sebagai suatu negeri yang diberkahi dunia akhirat.


Zahrul Mujahid (facebook.com/zahrul)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar