New Hope,New Spirit, and New Life di Tahun Baru 1433 H
Tepat tanggal 27 November 2011 kita mengalami pergantian tahun baru Hijriyah, dari 1432 ke 1433. Berbeda dengan perayaan pergantian tahun masehi yang penuh dengan gegap gempita dan selebrasi, maka, pergantian tahun hijriyah cenderung dingin-dingin saja tanpa riuh rendah perayaan. Fakta ini memang cukup aneh di tengah masyarakat kita yang mayoritas muslim.
Tidak ada orang yang lupa pada tanggal 1 Januari. Setiap orang tahu, 1 Januari merupakan tanggal pergantian hari yang spesial, karena selain berganti hari, juga berganti tahun. Bahkan sebagian di antara kita menunggu-nunggu tahun baru itu. Karena di sana terdapat berbagai kemeriahaan yang jarang terjadi di hari-hari yang lainnya. Tapi, adakah dari kita yang menanti 1 Muharram?
Selalu dalam setiap tahunnya, pergantian tahun baru selalu diisi dengan kemeriahan pesta.Penyulutan kembang api secara akbar merupakan ritual yang tak pernah ditinggalkan. Konvoi kendaraan bermotor pada malam tahun baru selalu membuat jalan raya yang biasanya lengang pada tengah malam, menjadi padat merayap pada pergantian tahun, bahkan banyak terjadi pelanggaran dan kecelakaan.Banyak yang begadang demi menyambut tahun baru masehi dan paginya shalat subuh ditinggalkan. Selain itu, di berbagai media khususnya televisi berlomba-lomba menyajikan acara terbaiknya. Mulai dari film-film terbaru, sampai pada acara konser dengan artis-artis terkenal yang menghabiskan dana ratusan juta rupiah. Semuanya gegap gempita.
Sementara itu, apa yang kita lakukan untuk menyambut tahun baru Hijriah? Sangat sedikit sekali dari kita yang mengingat, apalagi merayakannya. Tak sedikit umat muslim yang tidak tahu tahun baru agamanya. Kalaupun tahu mungkin mereka hanya forward pesan berisi ucapan Selamat Tahun Baru Hijriah tanpa ditindaklanjuti dengan aksi riil dan perubahan di tahun baru ini. Miris sekali memang. Padahal, tahun baru hijriah telah tertoreh dalam sejarah Islam. Saat itu rasul kita, Nabi Muhammad saw, berhijrah dari kota Mekah ke Madinah untuk membangun kekuatan Sebagaimana diketahui, penanggalan kalender Islam dihitung berdasarkan momentum hijrahnya Rasulullah SAW dari Mekkah ke Madinah, karena perjalanan dakwah Islam mengalami dua periode yaitu periode Mekkah dan Madinah.
Selama 13 tahun dakwah Islam di Mekkah berada dalam tekanan dan teror fisik maupun psikis dari kaum kafir Mekkah. Dalam masa yang serba sulit itu Rasulullah berupaya mempersiapkan pribadi-pribadi muslim generasi awal (assabiqunal awwalun). Dan sejarah membuktikan, rasul berhasil menciptakan pribadi para sahabat yang memiliki kekuatan iman dan semangat dakwah yang tinggi semacam Abu Bakar, Umar Bin Khattab, Utsman Bin Affan dan Ali Bin Abi Thalib.
Pada periode Madinah, rasulullah menata masyarakat baru dengan dakwah yang lebih terbuka. Beliau menanamkan ajaran-ajaran sosial kemasyarakatan yang toleran dan inklusif. Hal ini karena masyarakat Madinah ketika itu terdiri dari beragam suku dan penganut agama seperti Nasrani dan Yahudi. Upaya rasul ini nampak dalam pasal-pasal yang terdapat dalam piagam Madinah yang merupakan acuan yuridis kemasyarakatan pertama dalam rangka menciptakan masyarakat madani.
Sesungguhnya, hijrah rasulullah bukanlah melarikan diri dari tantangan dakwah. Bukan pula semata-mata pindah dari satu negeri ke negeri lain. Melainkan pindah dari tempat yang penuh dengan kemusyrikan dan kebodohan yang didominasi oleh kekejaman, menuju tempat yang akan memancarkan cahaya kebenaran (alhaq) dan tauhid. Suatu revolusi untuk memadamkan kegelapan jiwa, kegelapan kepercayaan, dan kegelapan masyarakat yang penuh kejahatan dan kerusakan.
Secara harfiah hijrah artinya pindah atau menyingkir. Tetapi perpindahan atau penyingkiran itu tidaklah selamanya mesti dilakukan secara fisik. Syaikh Mahmud Syaltut, mantan Rektor Universitas Al-Azhar Mesir menjelaskan bahwa pengertian hijrah terdiri dari dua macam.
Pertama, hijrah badaniah, yaitu berpindah atau menyingkir secara fisik. Kedua, hijrah qalbiyah, yaitu perpindahan hati nurani. Hijrah sebagaimana yang dilaksanakan oleh rasulullah dan para sahabatnya ketika itu sudah tidak ada lagi setelah dicetuskannya Futuh Makkah (pembebasan kota Mekkah) pada tahun ke 9 Hijriyah (Januari 630 M).
Dengan kata lain, seorang muslim yang hidup di zaman sekarang tidak perlu dan tidak dituntut untuk melakukan hijrah fisik atau uzlah (memencilkan diri) ke tempat yang sepi untuk dapat menjalankan ajaran Islam dengan sempurna. Sebab, ajaran Islam itu sendiri sebagian besar berkaitan dengan kehidupan masyarakat dengan segala problematikanya yang tidak mungkin untuk dihindari.
Hijrah yang relevan dengan kehidupan sekarang ini ialah hijrah hati nurani (qalbiyah), yakni meng-hijrah-kan hati dari sikap materialisme kepada sikap bertauhid pada Allah SWT, hijrah dari pola hidup bebas nilai kepada pola hidup dengan tuntunan nilai-nilai agama dan akhlak mulia, hijrah dari mental korupsi kepada kejujuran, dan seterusnya. Hijrah hati nurani menjadi keniscayaan bagi seorang muslim di tengah kemerosotan nilai-nilai akhlak yang melanda dunia dewasa ini.
Berkenaan dengan hijrah qalbiyah, Ibnu Qayyim Al Jauziyah dalam Thariqul Hijratain memberi nasihat; seorang muslim dalam kehidupan dan perjuangannya menempuh dua jalan hijrah yaitu, pertama, hijrah kepada Allah, dengan mendekatkan diri (taqarrub) kepada-Nya, mencintai-Nya, berbakti kepada-Nya, berserah diri kepada-Nya, berdoa, serta mengharap hanya kepada Ilahi. Kedua, hijrah kepada Rasul, dengan mengikuti perilaku, sikap, dan langkah-langkah perjuangannya.
Nabi Muhammad misalnya mencontohkan untuk melakukan puasa sunnah pada tanggal 9 dan 10 Muharam (hari asyura). Hal ini sangat baik bagi kita sebagai langkah awal keseriusan dalam mencoba untuk hijrah pada perilaku rasulullah.
Di tengah gempuran budaya dan nilai dari luar yang kuat, maka kembali pada hikmah yang terkandung dalam peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad SAW merupakan langkah yang sangat baik.
Di tengah gempuran budaya dan nilai dari luar yang kuat, maka kembali pada hikmah yang terkandung dalam peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad SAW merupakan langkah yang sangat baik.
Semoga Allah SWT menganugerahi kekuatan lahir dan batin kepada kita untuk dapat berhijrah dari hal-hal yang buruk kepada kebaikan sebagaimana yang diperintahkan Allah dan diteladankan Rasulullah SAW.Selamat Tahun Baru 1 Muharam 1433 Hijriah!
http://grandchief.wordpress.com/2011/11/26/semangat-baru-di-tahun-baru-hijriyah/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar