By : Dewi Sartika
Kutermenung dalam suasana siang yg cerah..
Mencoba mengutarakan kegalauan hati saat ini..
Galau akan saudara-saudaraku dalam barisan dakwah yang katanya "amanah, komitmen, bersungguh-sungguh" namun seakan semua itu hanyalah ucapan manis belaka yang terlontar dengan gampangnya.Kemana para aktivis dakwah ketika diperlukan saat ini?
Diri ini mencoba untuk merenungi kembali akan hakikat dakwah.
Sebenarnya apa yang kita cari dari dakwah? Dimanakah yang dinamakan konsep amal jama'i yang sering disampaikan dengan indah oleh ustadz dalam ceramahnya? Apakah itu hanya pemanis cerita tentang dakwah belaka?
Memang dalam dunia dakwahi, tidak jarang kita mengalami konflik, bahkan terkadang ada konflik-konflik yang timbul di kalangan internal aktivis dakwah sendiri.
Ya, memeng itu benar adanya dan bahkan karena konflik internal dapat merusak ukhuwah yang telah terjalin.Perlu diingat!!!! Setiap aktivis dakwah adalah manusia yang memiliki hati dan tentu saja berbeda-beda.Tapi pernyataan ini terkadang disalahgunakan. Ada aktivis yang hatinya kuat dengan berbagai macam tingkah laku aktifis lain yang dihadapkan kepadanya. Tapi ada juga aktifis-aktifis yang tidak memiliki ketahanan tinggi dalam menghadapi tingkah laku aktivis dakwah lain yang kadang menimbulkan kekecewaan-kekecewaan yang sering kali berbuah pada timbulnya sakit hati. Dan kesemuanya itu adalah sebuah kewajaran sekaligus realita yang harus kita pahami dan kita terima.
Hal tersebut seringkali kita lupakan!!! Pada kenyataannya kita memukul rata perlakuan kita kepada sahabat-sahabat kita sesama aktivis dakwah, dengan diri kita sebagai parameternya. Begitu mudahnya kita mengucapkan kata "afwan", "maaf" atau whatever-lah kata-kata manis lainnya atas kesalahan dan kelalaian yang kita lakukan, tanpa dibarengi dengan kesadaran bahwa mungkin sikap kita itu menyakiti hati saudara kita.
Dan parahnya lagi terkadang kita menambahkan alasan bahwa kita hanyalah manusia biasa yang terkadang khilaf bahkan dapat juga melakukan kekeliruan. Banyak orang bilang bahwa kata-kata "afwan", "maaf" dan sebagainya akan sangat tak ada artinya dan akan sia-sia jika kita terus-menerus mengulangi kesalahan yang sama tanpa ada usaha dari kita untuk memperbaikinya dan bahkan berjanji dalam diri sendiri untuk tidak mengulangi kedua kalinya (jarang banget kan kita berpikir seperti ini???)
Memang benar aktivis dakwah hanyalah manusia biasa, bukan malaikat, sehingga tidak luput dari kelalaian, kesalahan dan lupa. Tapi sadarkah kita bahwa kita sedang menghadapi sosok yang juga manusia biasa? bukan malaikat yang bisa menerima perlakuan seenaknya.
Seharusnya kesadaran bahwa aktivis dakwah adalah manusia biasa itu kita tujukan juga pada saudara kita sesama aktivis dakwah, bukan cuma kepada kita sendiri. Dengan begitu kita tidak bisa dengan seenaknya berbuat sesuatu yang dapat mengecewakan, membuat sakit hati, yang bisa jadi merupakan sebuah kezhaliman kepada saudara-saudara kita, Astagfirullah..
Cobalah menempatkan diri kita pada diri orang lain dalam melakukan sesuatu, bukan sebaliknya.Misalnya kita terlambat atau tidak bisa datang dalam sebuah aktivitas dakwah bahkan melakukan kelalaian yang lain, bukan hanya kata "afwan" yang terlontar dan pembenaran bahwa kita manusia biasa yang kita tujukan untuk saudara kita. Tapi sebaliknya, kita harus dapat merasakan bagaimana seandainya kita yang menunggu keterlambatan itu? Atau bagaimana rasanya berjuang sendirian tanpa ada bantuan dari saudara-saudara kita? Sehingga kita tidak lagi menyakiti hati bahkan menzhalimi saudara-saudara kita, karena kita tentu akan berpikir bagaimana jika situasi itu dioerhadaokan pada kita, ia kan???
Sehingga kata-kata “Akhi… Ukhti… ana kecewa terhadap sikap antum” tidak terucap dari mulut saudara-saudara kita sesama aktivis dakwah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar