Ahlan wa Sahlan

Selamat datang di Blog KMMF UGM, sebuah media dakwah kampus Farmasi UGM.
Sekretariat:
Masjid Fakultas Farmasi UGM
Jl. Medika Sekip Utara, Yogyakarta 55281
e-mail: kmmfugm@ymail.com


Urgensi dan Mekanisme Do’a


oleh Alexis Carrel di buku La Priere
Urgensi Doa
banyak sekali filosof, pemikir, atau kaum agamawan yang berbicara tentang do’a. tapi lain halnya bila seorang biolog dan neurologmenyelidiki pengaruh do’a dalam berbagai penyakit dan operasi yang telah dia jalankan. Alexis Carrel percaya akan urgensi do’a. Dia adalah scientist yang patut dihormati. Dalam sebuah karyanya yang bertahun-tahun lalu di terjemahkan ke dalam bahasa Persia, orang-orang yang mengenal doa sebagai bagian dari ajaran agama akan sangat ditakjubkan olehnya.
Tentang doa, antara lain demikian dia berkata : “Pengabaian doa dan tata caranya adalah pertanda kehancuran suatu bangsa. Masyarakat yang mengabaikan ibadah (baca: doa kepada Allah) adalah masyarakat yang berada di ambang kemunduran dan kehancuran yang vital. Roma adalah bangsa yang agung. Namun secepat mereka meninggalkan ibadah berdoa, secepat itu pula kehinaan dan kelemahan menimpa mereka”.
Keterangan Alexis di atas bukan hanya indah dan puitis, tetapi juga begitu pelik dan filosofis. Selanjutnya dia berkata : “Doa adalah pusaka yang selalu menyertai pendoa. Pendoa akan terimbas cahaya doa dan ibadah di saat-saat diam dan geraknya, dan juga pada tatapan wajahnya. Pendoa kan bersama pusaka itu di mana pun ia berada”.
Mekanisme Doa
Selanjutnya Alexis Carrel menjelaskan cara kerja efek doa: “Doa mestinya berakar dari kekuatan, kesinambungan, dan keikhlasan". Demikian pula ia mesti berasal dari kata hati yang spontan dan bergairah.” Memang “spontanitas yang bergairah” itu indah sekali.
Betapa banyakteks doa islam, seperti nasihat Carrel, yang bernada menganjurkan kita bermunajat seperti “permintaan bayi cerewet yang merengek di hadapan ibunya.” Teks-teks doa islam penuh dengan animo seperti itu.
Doa hendaknya juga mempunyai intensitas (kekhusyukan), sehingga doa tidak seperti halnya untaian kalimat yang mempermainkan Tuhan; dengan memperdengarkannya pada lidah dan melupakannya di kalbu. Sementara orang menipu diri dengan mengangan-angankan dua pahala. Mereka hadir di majelis pengkaderan sambil memanjatkan doa dan melantunkan ayat-ayat al-Qur’an. Lebih konyol lagi bahwa sebagian mereka malah ada yang “mimpi”mendapat tiga pahala sekaligus; telinga mereka mendengarkan ceramah, kedua mata mereka menbaca ayat-ayat al-Qur’an, dan lidah mereka menggumamkan dzikir. Apa mereka menyadari bahwa itu tidak mungkin?prinsip intensitas dalam berdoa menentangnya. Intensitas sangat menentukan dalam berdoa. Konsentrasikan semua yang anda miliki dalam berdoa. Jika demikian, barulah doa dapat disebut intens dan berakar.
Mungkin banyak di antara kita yang sebelum ini telah mendengar anjuran seperti tersebut di atas. Tetapi di bawah ini, Carrel menambahkan butir yang boleh jadi belum kita kenal. “Mereka berdoa dengan teriakan-teriakan yang membuat orang yang mendengarkannya menyumbat telinga mereka , dari pagi sampai separuh siang layaknya binatang-binatang buas. Bertingkah seperti itu dalam berdoa tidak akan mempengaruhi batin mereka sama sekali,” tulis Alexis Carrel.
Artinya, doa mereka tercemar oleh bisingnya teriakan. Lidah mereka berteriak keras-keras, hingga “menulikan “ hati dan jiwa mereka. Mereka berkicau seperti beo. Nilai perbuatan mereka tak ubahnya seperti suara-suara binatang belaka. Doa mereka di pagi hari, terlupakan di siang hari.
Kapan sebenarnya seseorang itu berdoa? Kapan hatinya terikat erat dengan doanya? Jawabnya, jika pendoa mendapat pengaruh dan manfaat dari doanya dalam segenap keadaan dan hubungannya, baik dalam keluarga atau dalam masyarakatnya. Jika demikian halnya, doa akan member pengaruh yang luas dan dalam. Jiwa serta eksistensi pendoanyaakan selalu mencamkan firman Allah: Tahukah engkau akan orang yang mendustakan agama ini? Dialah orang yang menghardik anak yatim dan tidak memperhatikan makanan orang miskin. Celaka bagi orang-orang yang berdoa dan melalaikan doanya itu…
Lazimnya, seseorang yang berdoa itu mengharapkan doanya tiba-tiba saja diterima. Dia mengharapkan doa itu manjur. Suatu kali nabi Isa a.s. melewati sebuah jalan. Di ujung jalan duduklah seorag buta.pada saat Nabi Isa mendekat ke arahnya, dan si buta itu mengetahuinya, segera dia melompat dan memohon dengan marah dan kasar dari beliau agar penglihatannya dikembalikan. Sebelum dia menyelesaikan rengekannya itu, Nabi Isa berkata kepadanya: “Semoga Allah lebih dulu mengembalikan imanmu.”
dikaji ulang oleh Nihayaelka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar